Kamis, 29 Januari 2009

SEMAR DAN TOGOG


Alkisah pada suatu hari Raja memanggil ketiga anaknya untuk diajak berunding memikirkan kelanjutan dari kerajaan yang dipimpinnya. Anak pertama bernama Antaga, kedua bernama Ismaya dan ketiga bernama Manikmaya.

Menurut sebuah cerita ketiga anaknya dilahirkan pada saat yang bersamaan yakni ketika permaisuri melahirkan ternyata yang dilahirkan bukannya anak melainkan sebutir telur. Karena kearifan serta kesaktian sang raja mak bersemedilah raja untuk mendapatkan petunjuk dari yang maha Kuasa.

Gbr 1  :  Antaga didepan, Ismaya dibelakang
Dengan Rasa, Cipta dan Karsa dari sang raja dalam bersemedi itulah maka terjadilah keajiban atas telur tersebut menjadi tiga anak yang tampan yaitu Antaga yang berasal dari kulit telur, Ismaya yang berasal dari putih telur dan Manikmaya yang berasal dari kuning telur.

Ketika ketiga anak itu sudah dewasa dan saatnya raja turun dari kekuasaannya maka dipanggilah ketiga anaknya untuk berunding siapakah yang dapat melanjutkan tahta kerajaan untuk menggantikan ayahnya.

“Ramanda sayalah yang berhak untuk meneruskan tahta kerajaan ini karena saya yang lebih tua dan mampu.” Antaga berkata kepada ayahnya.

“Ramanda bukankah kami dilahirkan pada saat yang sama, sayapun mampu untuk meneruskan tahta kerajaan ini”. Ismaya berkata pula.

Maka dihadapan kedua orang tuanya Antaga dan Ismaya bertengkar menunjukan kemampuannya dapat melanjutkan tahta kerajaan, sedangkan Manikmaya hanya terdiam mendengarkan perdebatan sengit antara Antaga dan Ismaya.

Melihat perdebatan dan pertengkaran kedua anaknya itu, raja bersabda :
“Wahai anaku, kalau berdebat dan bertengkar janganlah sekali kali dihadapan orang tua, keluarlah!, tapi apa akibatnya nanti ……..”

Maka keluarlah Antaga dan Ismaya melanjutkan perdebatan dan pertengkarannya dan berlanjut pada perkelahian yang sengit antara keduanya untuk menunjukan siapakah yang bisa melanjutkan tahta kerajaan dengan kemampuan dan kesaktian yang dimilikinya.

Karena kemampuan keduanya seimbang maka segala kesaktian yang dikeluarkan tidak menghasilkan siapa yang kalah dan siapa yang menang, akhirnya Antaga menantang Ismaya, “Wahai Ismaya, kalau kamu benar benar sakti maka telanlah batu itu”. Ismaya menjawab :
“Kalau kamu benar sakti telanlan olehmu dahulu”. 
                                                                                         Gbr 2 Ismaya didepan, Antaga dibelakang  
Kesepakatan itupun terjadi dan Antaga mencoba kemampuan yang ada untuk menelan sebuah batu besar dengan kekuatan dan kemampuannya, dikerahkan segala upayanya untuk menelan batu besar itu, tetapi malang baginya mulutnya hanya bisa menelan sebagian batu itu dan karena tarikan urat syarat di kepalanya tegang membuat rambut nya rontok, serta mulutnya menganga merubah tampilan rupa, semula adalah satria yang tampan menjadi manusia yang jelek dengan mulut lebar serta kepala gundul.

Ismaya sebagai seorang ksatria yang memegang kesepakatan segera menyusul untuk menelan batu besar tersebut, maka dengan segala kemampuan yang ia miliki segeralah menelan batu besar tersebut. Ismaya dengan kesaktiannya dapat menelan batu besar itu namun ia pun malang pula, mulutnya bertambah lebar serta rambutnya rontok karena urat syaraf yang tegang, serta perutnya menjada besar, sekarang berubah bentuknya dari satria yang tampan menjadi jelek pula dengan rupa kepala gundul tinggal sisa rambut yang ada serta mulut lebar dan perut besar.

Keadaan seperti itu membuat mereka berdua insyaf akan kesalahan diri mereka masing masing maka segerlah mereka datang kepada ayahnya memohon maaf kepada serta meminta agar di kembalikan rupanya agar menjadi satria yang tampan lagi.

Bersabda ayahnya kepada anak anaknya :
“Wahai anak anaku yang kukasihi dan kusayangi, itulah akibat dari tidak mempedulikan akan nasehat ayahnya, kalian bertengkar dan berkelahi diluar sepengetahuan orang tua saja sudah berakibat fatal dan tidak baik, apalagi bertengkar dan berkelahi dihadapan orang tua tentu akan lebih tidak baik lagi dibandingkan dengan keadaan sekarang ini, Antaga dan Ismaya kumaafkan dan akan menjadi satria tampan lagi tetapi harus menjalani suatu kewajiban sebagi hukuman yang akan kutentukan kemudian”.

Maka raja menentukan Manikmaya menjadi raja untuk meneruskan tahta kerajaan yang mempunyai daya pikir dan budi yang baik. Kemudian di serahkanlah segala tahta kerajaan serta segala ilmu kepemimpinan dan kesaktian yang berguna bagi kelangsungan tahta kerajaannya.

Salah satu pesan yang disampaikan ayahnya kepada Manikmaya adalah sebagai berikut :
“Walaupun telah menjadi raja yang berkuasa tetapi janganlah merasa sombong dan tinggi hati, terutama kepada kedua kakaknya yang wujud dan rupanya jelek, seorang adik tidak boleh berani kepada kakaknya karena hal itupun akan terjadi sesuatu diluar pemikirannya”.

Sambil menunggu kewajiban sebagai hukuman Antaga dan Ismaya maka di perintahkan keduanya untuk membantu adiknya dalam mengemban tugasnya sebagi seorang raja, dengan nama Antaga dinamai TOGOG dan Ismaya dinamai SEMAR


Gbr 3 :  Semar (Ismaya ) didepan, Togog (Antaga)dibelakang
Catatan Penulis : 
· Cerita ini diambil dan diolah dari buku Wayang Purwa oleh RA Kosasih Jilid I

Pesan moral :
· Dalam kondisi apapun janganlah anak bertengkar dengan sanak saudaranya, kendalikan nafsu
  angkara dan hal hal lain demi kepentingan diri sendiri, orang tua tidak tahu atau diluar
  sepengetahuan orang tua pun berakibat jelek apalagi orang tua mengetahuinya.
· Keluarga disini diartikan juga satu kelompok kerjasama dalam kantor, perusahaan maupun
  dalam organisasi 
· Cerita ini dapat disampaikan kepada anak sebagi dongeng menjelang tidur agar terjadi 
  kerukunan keluarga saling menghormati antara kakak dan adik serta seorang adik terhadap
  kakaknya, walapun seorang adik mampu ( dalam ilm, harta serta kedudukan ) tidak boleh
  menghina serta merendahkan kakaknya. 
   









LeoKristi : Message: WpAP(#2): Semar, Togog dan Batara GuruLeoKristi
http://newsgroups.derkeiler.com/Archive/Soc/soc.culture.indonesia/2008-10/msg00296.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar